Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
d' Best Translator

OST Fairy Tail

Berhubung jadi mania fairy tail nih, jd mau bagi2 OST Fairy TAil.... hehehe... =P Buat temen2 yg punya OST yg lebih lengkap share ke aq ya... hehe

Cheat Game Parampaa

Bingung ma game parampaa?? Udah mulai gila?? hehehe.. Tenang tenang saya berikan kunci jawabannya.. hehe... Bagi yang belum tahu gmn stressnya maen game parampaa, monggo di download gamenya dibagian bawah tulisannya.. Oke??

Plant Tycoon

Akhirnya game yang selama ini bikin aq penasaran bisa aq pecahkan juga... hehehehe... Dah lama sih maen game ini, tapi berhubung gak ngerti cara maennya akhirnya nunggak 2 tahun buat namatinnya... hahaha.... =D Tapi berkat cheat,wow!!

Jual Powerbank Murah

Jual powerbank murah brooo... silahkan dibuka... powerbank 11200amp Rp450.000, 13000amp hanya 500rb saja!!! Buka aja gan.

Jual Nomer Cantik Murah

Dijual nomer cantik 5 angka di belakang sama, unuk couple, dijual buat bayar utang. *Belinya pake utang makanya mau nyaur skrg. T_T

Jumat, 28 Desember 2012

JUAL POWERBANK MURAH

Perkembangan dunia teknologi terus berjalan hingga saat ini. Tak lupa dunia komunikasi, handphone terutamanya mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hingga tercipta lha HP smartphone dengan teknologi dan dimensi yang lebih besar.
 
Namun ada teknologi dan dimensi yang berkembang ini tak pelak dari kebutuhan energi yang semakin tinggi. Sehingga kapasitas yang besarpun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan energi ini. Yups, benar. HP jaman sekarang banyak yang suka ngedrop!! Hehe.. itu bukan lagi karena kesalahan baterai HP yag sudah soak, tapi memang kebutuhan daya yang semakin meningkat. Daya baterai yang menemani Hp nya saja sudah di upgrade. Namun memang dirasakan masih kurang untuk memenuhi energi yang dibutuhkan.
 
Solusinya yakni menguragi konsumsi daya baterainya, seperti mengubah sinyal 3g menjadi 2g. Jarang menggunakan fitur HP. Jarang internetan, atau mematikan HP disaat berkendara ataupun disaat tidur.
Itu juga belum cukup??? Berarti anda membutuhkan sebuah powerbank yang mendampingi anda sehari.
Apa itu powerbank?? Powerbank adalah baterai atau charger yang menampung beberapa miliampere untuk bsa digunakan mencharger HP anda dimana saja, kapan saja anda mau, asal powerbanknya keisi lho yaa.... hehe
 
Produk yang saya jual disini adalah barang asli dan bergaransi SELAMA 6 BULAN!!!!! Jika ada masalah dengan powerbank anda tinggal kirim balik ke saya dan saya akan mengurus garansi powerbank anda.. Asyik kan??
 
Merk yang saya jual disini juga tidak sembarangan yakni merk yoobao, viptek, dan powertorch. Seperti yag banyak dijual diluar sana.
 
Harganya pun terjangkau. Ya yang penting laku lha.. dapat sedikit-sedikit  gpp.. hehe
 
Pilihan dayanya banyak juga.
Yang terkecil 2600amp 130rb merk yoobao
5200amp merk yoobao, viptek 260rb, powertorch 250rb
8600amp merk yoobao 350rb
11200amp merk yoobao, viptek 450rb
13000amp merk yoobao transformer 500rb..
 
Foto penampakannnya:
 

 










Murah kan??? Makanya buruan beliii....!!!!!!
Fast respon: 081937338335,085645329407, pin BB 28F4D352

Senin, 15 Oktober 2012

Ante Partum Bleeding

Preterm

Distosia

Terapi Cairan

Transfusi Darah

Mioma Uteri

Kontrasepsi

Abnormal Uterine Bleeding

AUB atau kepanjangan dari Abnormal Uterine Bleeding adalah perdarahan abnormal yang berasal dari uterus atau rahim ibu. Gejala yang dirasakan ibu yakni mens yang tidak teratur dan berkepanjangan. Gangguan mens adalah hal yang sering di alami oleh wanita. Untuk itu pengetahuan tentang mens sangat lha penting untuk kita ketahui. Oleh karena itu saya upload informasi tersebut sebagai berikut:

Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kegawatan di bidang obstetri. Tak pelak saat saay kuliah di bidang obstetri, hipertensi dalam kehamilan adalah suatu materi yang pasti ditanyakan oleh dosen-dosen saya. Dokter umumpu dituntun untuk bisa menangani hipertensi dalam kehamilan. Untuk pembaca yang hanya sekedar ingin tahu monggo dibaca, bagi temen-temen DM yang terdesak mencari tugas referat, monggo di copy gpp.. ada daftar pustakanya. Jadi bisa di pakai...

Jumat, 12 Oktober 2012

Perdarahan pada Awal Kehamilan

REFERAT
PERDARAHAN PADA AWAL KEHAMILAN





Oleh :
Ilham Bahtiar 201110401011013



Pembimbing :
dr. Ma’roef, Sp.OG







UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
2012

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segenap puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka tugas responsi dengan judul Perdarahan pada Awal Kehamilan ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu tugas yang penulis laksanakan selama mengikuti kepaniteraan di SMF Obgyn di RSU Haji Surabaya.
Kami mengucapkan terima kepada dr. Moh Ma’roef, Sp.OG selaku dokter pembimbing dalam penyelesaian tugas makalah ini, terima kasih atas binbingan dan waktunya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk kritik dan saran selalu kami harapkan. Besar harapan kami semoga tugas kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta penyusun pada khususnya.
Akhir kata, penulis mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.


Surabaya, Oktober 2012


BAB 1
ABORTUS

1.1 Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada ibu hamil adalah keguguran atau abortus. Mengingat semakin berkembangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat khususnya wanita dengan emansipasinya dalam turut serta menghidupi ekonomi keluarga, membuat kejadian abortus menjadi cukup tinggi dalam dekade terakhir. Didukung pula oleh pengaruh budaya barat dengan pergaulan bebasnya menjadi banyak kejadian kehamilan tidak diinginkan menjadi meningkat sehingga kecenderungan kejadian abortus provocatus juga meningkat. Bahkan semakin merebaknya klinik–klinik aborsi di tanah air, semakin membuka peluang wanita untuk melakukan aborsi tanpa memikirkan akibatnya.
Indonesia sendiri model pengawasan tersebut semakin membuka pandangan masyarakat bahwa pengawasan yang ketat pada masa kehamilan menjadi hal yang sangat penting guna mengantarkan ibu dan bayi kepada keadaan yang sehat dan sejahtera. Oleh karenanya di Indonesia dikembangkan model pengawasan yang sama dengan nama BKIA yaitu Balai Kesehatan Ibu dan Anak. Dimana BKIA menjadi bagian terpenting dari program Puskesmas dan telah tersebar dis eluruh Indonesia yang dipimpin oleh beberapa orang dokter sehingga kemampuan pelayanannya dapat lebih ditingkatkan. Bahkan menjelang pencapaian Indonesia Sehat 2010, dikembangkan program Bidan di Desa guna mengupayakan masyarakat di pelosok dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan dengan lebih mudah.
Pemerintah memberikan perhatian khusus kepada masalah kebidanan ini mengingat permasalahan yang muncul selama masa kehamilan adalah sangat kompleks yang meliputi masalah fisik, psikologis dan sosial (Sarwono, 1991). Bahkan dengan kecenderunagn angka kematian pada ibu yang sangat tinggi yang diakibatkan karena perdarahan, infeksi dan keracunan pada masa kehamilan, menjadikan program pengawasan pada ibu hamil lebih diperketat dan ditingkatkan melalui upaya ANC (Ante Natal Care).
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka kami mengangkat permasalahan abortus sebagai makalah, mengingat permasalahan abortus sendiri merupakan suatu permasalahan yang kompleks bagi ibu, suami/pasangan maupun keluarga.



1.2 Definisi Abortus
1. Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (Bagian Obgyn Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.
2. Pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram atau kurang dari ibunya yang kira – kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan (Hacker and Moore, 2001).

1.3 Jenis Abortus, Macam Abortus, Definisi, Tanda dan Gejala
1. Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan ± 20% dari semua abortus.
Abortus spontan terdiri dari 7 macam, diantaranya :
a. Abortus imminens (keguguran mengancam) adalah Abortus ini baru mengancam dan ada harapan untuk mempertahankan.
Tanda dan Gejala
• Perdarahan per-vaginam sebelum minggu ke 20.
• Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai perdarahan.
• Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.
• Tidak ditemukan kelainan pada serviks.
• Serviks tertutup.




Gambar 1.1 Abortus Imminen

b. Abortus incipiens (keguguran berlangsung) adalah Abortus sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.
Tanda dan Gejala
• Perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.
• Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
• Serviks sering melebar sebagian akibat kontraksi.










Gambar 1.2 Abortus Incipiens
c. Abortus incomplete (keguguran tidak lengkap) adalah Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di rahim.
Tanda dan Gejala
• Perdarahan per vaginam berlangsung terus walaupun jaringan telah keluar.
• Nyeri perut bawah mirip kejang.
• Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang dianggap sebagai corpus allienum.
• Keluarnya hasil konsepsi (seperti potongan kulit dan hati).










Gambar 1.3 Abortus Incomplete

d. Abortus completus (keguguran lengkap) adalah Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan lengkap. Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah hasil konsepsi keluar.
Tanda dan Gejala
• Serviks menutup.
• Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
• Gejala kehamilan tidak ada.
• Uji kehamilan negatif.


Gambar 1.4 Abortus Completus

e. Missed abortion (keguguran tertunda) adalah Missed abortion ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
Tanda dan Gejala
• Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorpsi air ketuban dan macerasi janin.
• Buah dada mengecil kembali.
• Gejala kehamilan tidak ada, hanya amenorea terus berlangsung.

Gambar 1.5 Missed Abortion

f. Abortus habitualis (keguguran berulang – ulang) adalah abortus yang telah berulang dan berturut – turut terjadi sekurang – kurangnya 3 kali berturut – turut.
g. Abortus febrilis adalah Abortus incompletus atau abortus incipiens yang disertai infeksi.
Tanda dan Gejala
• Demam kadang – kadang menggigil.
• Lochea berbau busuk.
2. Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) merupakan 80% dari semua abortus.
Abortus provocatus terdiri dari 2 macam, diantaranya :
a. Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics adalah Pengguguran kehamilan dengan alat – alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensialis, carcinoma cerviks.
b. Abortus provocatus criminalis Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.



1.4 Etiologi Abortus
1. Kelainan telur
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedinikian rupa hingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti kelainan chromosom (trisomi dan polyploidi), blighted ovum.
2. Penyakit ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:
a. Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan abortus dan partus prematurus.
b. Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjar gondok.
c. Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu.
d. Gizi ibu yang kurang baik.
e. Kelainan alat kandungan:
• Hypoplasia uteri.
• Tumor uterus
• Cerviks yang pendek
• Retroflexio uteri incarcerata
• Kelainan endometrium
f. Faktor psikologis ibu.


Gambar 1.6 Blighted Ovum

3. Faktor suami
Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta faktor imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan produk asing secara antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan.

4. Faktor lingkungan
Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol serta paparan faktor eksogen seperti virus, radiasi, zat kimia, memperbesar peluang terjadinya abortus.









1.5 Web Of Caution (WOC)





1.6 Penatalaksanaan Abortus
1. Abortus imminens
Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien:
a. Istirahat rebah (tidak usah melebihi 48 jam).
b. Diberi sedativa misal luminal, codein, morphin.
c. Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan mengurangi kerentanan otot-otot rahim (misal gestanon).
d. Dilarang coitus sampai 2 minggu.
2. Abortus incipiens
Kemungkinan terjadi abortus sangat besar sehingga pasien:
a. Mempercepat pengosongan rahim dengan oxytocin 2 ½ satuan tiap ½ jam sebnayak 6 kali.
b. Mengurangi nyeri dengan sedativa.
c. Jika ptocin tidak berhasil dilakukan curetage asal pembukaan cukup besar.
3. Abortus incompletus
Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan.
4. Abortus febrilis
a. Pelaksanaan curetage ditunda untuk mencegah sepsis, keculai perdarahan banyak sekali.
b. Diberi atobiotika.
c. Curetage dilakukan setelah suhu tubuh turun selama 3 hari.
5. Missed abortion
a. Diutamakan penyelesaian missed abortion secara lebih aktif untuk mencegah perdarahan dan sepsis dengan oxytocin dan antibiotika. Segera setelah kematian janin dipastikan, segera beri pitocin 10 satuan dalam 500 cc glucose.
b. Untuk merangsang dilatasis erviks diberi laminaria stift.

1.7 Penyulit Abortus
a. Perdarahan hebat.
b. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan kemandulan.
c. Renal failure disebabkan karena infeksi dan shock.
d. Shock bakteri karena toxin.
e. Perforasi saat curetage

Gambar 1.7 Kuretase

1.8 Abortus dengan risiko (unsafe abortion)
• Terminasi kehamilan yang tidak dikehendaki oleh wanita atau pasangannya melalui cara yang mempunyai risiko tinggi terhadap keselamatan jiwa wanita tersebut karena dilakukan oleh individu yang tidak mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang sangat diperlukan, serta menggunakan peralatan yang tidak memenuhi persyaratan minimal bagi suatu tindakan medis. Misalnya:
Bahan dan tindakan yang digunakan:
• Batang kayu, akar pohon kayu, tangkai daun yang bergetah, batang plastik dimasukan kavum uteri.
• Pemijatan langsung ke korpus uteri hingga terjadi memar di dinding perut, kandung kemih, adneksa ataupun usus.
Komplikasi serius :
• Syok
• Perdarahan hebat
• Infeksi/ sepsis
• Trauma intra abdomen
S Y O K
• Segera lakukan penilaian tanda-tanda syok:
• Nadi cepat dan lemah
• Turunnya tekanan darah (sistolik < 90 mmHg dan diastolik < 60 mmHg)
• Pucat ( terutama palpebra, telapak tangan dan bibir)
• Berkeringat banyak, gelisah, apatis atau kehilangan kesadaran
• Pernafasan cepat (> 30X/mt)
Perdarahan hebat
• Perdarahan banyak merah, segar dengan/tanpa bekuan
• Darah membasahi pakaian, kain, selimut dsb
• Pucat (konjuctiva, palpebra, tangan dan bibir)
• Pusing, kesadaran menurun
INFEKSI / SEPSIS
• Demam tinggi (>38 C), menggigil, berkeringat
• Sekret vaginan berbau
• Kaku dan tegang pada dinding perut bawah
• Cairan mukopurulen melalui ostium serviks
• Nyeri goyang serviks
Protokol syok hipovolemik
• Kemungkinan penyebab
• Perdarahan
• Sepsis
• Dehidrasi
• Reaksi vaso-vagal (neurogenik)
• Periksa tanda vital, tentukan jenis dan derajat syok
• Pucat (konjunctiva, telapak tangan)
• Turunnya tekanan darah (<90 atau="atau" br="br" mmhg="mmhg" tak="tak" terukur="terukur">• Nadi cepat dan tegangan nadi kurang
• Pernafasan cepat, dangkal, tidak teratur atau tidak dapat dihitung
• Gelisah, setengah sadar atau tidak sadar
• Produksi urin menurun (< 30 ml/ jam)
Penanganan awal
• Bebaskan jalan nafas
• Berikan oksigen 6-8 lt/mt
• Infus NaCl isotonis atau RL 100 ml dalam 20 menit pertama, 500 ml pada 20 menit kedua, kemudian 40-60tts/mt, pantau cairan masuk keluar, perhatikan kelebihan cairan. Umumnya syok hipovolemik membutuhkan 3 lt.
• Jangan berikan sesuatu melalui mulut
• Konsentrasi Hb< 8 gr% atau Hmt< 20% perlu transfusi
• Setelah stabilisasi pasien, infus sementara dilanjutkan, pantau tanda vital, produksi urin, segera lakukan evakuasi kavum uteri.
Penanganan syok septik
• Riwayat perdarahan yang lama (lebih 7 hari)
• Upaya abortus provokatus atau trauma organ genital
• Demam
• Nyeri perut bawah, spasme
• Terapi inisial
• Bebaskan jalan nafas
• Berikan oksigen 6 – 8 l/mt
• Berikan cairan NaCl isotosis atau RL perinfus 1000/20 menit pertama, kemudian 500/20 menit kedua. Pemberian lanjutan40- tts/mt (tgt derajat syok dan hasil restorasi awal). Umumnya diperlukan 1500-3000ml
• Jangan berikan sesuatu peroral
• Hb < 8gr% atau Hmt < 20% transfusi darah
• Bila setelah restorasi belum ada perbaikan berikan dopamin awal 2,5 mikrogram /kgbb dalam larutan isotosis naikan perlahan hingga ada respon tanda vital dan produksi urin
• Antibiotika (kombinasi 3 golongan)
• Ampicillin 1 gr, Gentamicin 80 mg, Klindamisin 600 mg setiap 8 jam
• Sefalosporin 1 gr, Gentamisin 80 mg dan Mettronidazol 1 gr per 8jam
• PPC 4,8 jt unit, Kloramfenikol 500 mg per 6 jam.
• Terapi definitif Æ evakuasi sisa kehamilan.


BAB 2
KEHAMILAN EKTOPIK


2.1 Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berimplantasi diluar endometrium rongga uterus. Implantasi normalnya berada di lapisan endometrium rongga uterus. Risiko kematian akibat kehamilan ektopik lebih besar daripada angka pelahiran per vaginam atau induksi aborsi. Selain itu, prognosis keberhasilan kehamilan berikutnya juga menurun pada wanita dengan kehamilan ektopik.
Prevalensi kehamilan ektopik di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1987 terdapat 153 kehamilan ektopik di antara 4.007 persalinan, atau 1 di antara 26 persalinan. Frekuensi kehamilan ektopik dilaporkan antara 1:28 sampai 1:329 tiap kehamilan. Sedangkan jumlah prevalensi kehamilan ektopik meningkat di Amerika Serikat selama dua dekade belakangan. Jumlah sebenarnya telah meningkat melampaui proporsi pertumbuhan penduduk. Angka kehamilan ektopik per 1000 kehamilan yang dilaporkan meningkat empat kali lipat dari tahun 1970 sampai 1992. Pada tahun 1992, hampir 2% dari seluruh kehamilan adalah kehamilan ektopik. Dari semua kematian yang disebabkan oleh kehamilan 10 persennya disebabkan oleh kehamilan ektopik.
Menurut World Health organization, bahwa pada tahun 2006 terdapat 2,5% ibu menderita kehamilan ektopik terganggu. Di afrika dan amerika angka kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan ektopik terganggu berkisar 0,5%. Di benua Asia kematian ibu yang disebabkan kehamilan ektopik terganggu berkisar 0,5%. Persentase angka kematian ibu tertinggi yang disebabkan kehamilan ektopik terganggu terdapat di negara berkembang berkisar 4,9%.

2.2 Pengertian Kehamilan ektopik
Kehamilan Ektopik adalah kehamilan yang terjadi dan berada di luar batas endometrium yang normal. Sebelum definisi ini pernah dikemukakan istilah kehamilan ekstrauteri, artinya kehamilan yang terjadi dan berada di luar uterus.

2.3 Etiologi dan Patogenesis
Bila nidasi terjadi di luar kavum uteri atau di luar endometrium, maka terjadilah kehamilan ektopik. Dengan demikian, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik ini. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium, diantaranya adalah:
• Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba menyempit atau buntu. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran tuba yang berkelok kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak berfungsi dengan baik. Juga pada keadaan pascaoperasi rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi. Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau divertikel saluran tuba yang bersifat kongenital. Adanya tumor di sekitar saluran tuba menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba juga dapat menjadi etiologi kehamilan ektopik.
• Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila zigot tumbuh terlalu cepat atau besar maka zigot tersendat pada saat perjalanan melalui tuba sehingga kemudian berhenti dan tumbuh di saluran tuba.
• Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
• Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB yang hanya mengandung progesteron dapat mengakibatkan gerakan tuba melambat.
• Faktor lain
Termasuk pemakai IUD dimana proses peradangan dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor umur dan merokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik.









Tabel 2.1 Faktor Risiko Kehamilan Ektopik
Faktor risiko Risikoa
Risiko tinggi
Bedah korektif tuba
21,0
Sterilisasi tuba 9,3
Riwayat kehamilan ektopik 8,3
Pajanan DES in utero 5,6
IUD 4,5-45
Patologi tuba yang tercatat 3,8-21
Risiko sedang
Infertilitas
2,5-21
Riwayat infeksi genital 2,5-3,7
Banyak pasangan 2,1
Risiko ringan
Riwayat bedah panggul/abdomen
Merokok
Vaginal Douche
0,93-3,8
2,3-2,5
1,1-3,1
Hubungan seks <18 1="1" br="br" tahun="tahun">DES = dietilestradiol
aNilai tunggal adalah odds ratio umum dari penelitian homogen: nilai ganda adalah kisaran nilai dari penelitian heterogen.
Sumber: Cuningham FG, et al 2006

2.4 Jenis-jenis Kehamilan Ektopik


Gambar 2.1 Insiden Kehamilan Ektopik Menurut Lokasi Anatomi

Gambar di atas menjelaskan bahwa kemungkinan lokasi kehamilan ektopik berdasarkan anatomi genetalia interna wanita bisa berada pada tuba (pada bagian fimbrae, ampular, istmik dan intertisial), ovarium, angular, intramural abdominal dan serviks. Namun lokasi implantasi yang paling sering yaitu pada tuba (paling sering, 90-95%, dengan 70-80% di ampulla) karena tuba merupakan jalur utama perjalanan ovum. Kemudian lokasi tersering kedua pada serviks, kemudian ovarium, dan abdominal.
1. Kehamilan Tuba
Kehamilan tuba menurut tempat nidasi dapat digolongkan menjadi kehamilan ampuler, kehamilan isthmik, kehamilan intertisial:
1. Kehamilan ampuler yaitu kehamilan yang terjadi dalam ampula tuba.
a. Lumen ampula tuba cukup besar terdapat endothelial dengan villi sehingga spermatozoa dan ovum paling lama tinggal di ampula tuba.
b. Kesempatan konsepsi paling besar terjadi diampula tuba yang terletak 1/3 bagian distal tuba fallopii.
c. Implantasi hasil konsepsi insitu mempunyai keadaan sebagai berikut:
i. Terjadi gangguan implantasi sehingga hasil konsepsi mengalami absorpsi.
ii. Terjadi abortus tuba sehingga menimbulkan timbunan darah intraabdominal menjadi hematokele.
iii. Terjadi ruptur kearah ligamentum latum sehingga terjadi hematoma intraligamenter.
iv. Terjadi ekspulsi abortus dan akhirnya menjadi kehamilan abdominal sekunder.
v. Tumbuh kembang janin di antara lapisan muskulus dan serosa tuba fallopii.
d. Hasil konsepsi pada kehamilan ampuler dapat ditemukan keadaan:
i. Perdarahan akibat abortus tuba menyebabkan timbunan darah intraabdominal.
ii. Timbunan darah sekitar adneksa menyebabkan kehamilan ektopik dalam bentuk hematokel mudah dipalpasi
2. Kehamilan isthmik yaitu kehamilan yang terjadi dalam isthmus tuba.
a. Lumennya kecil sehingga mudah terjadi destruksi lapisan endosalping oleh hasil konsepsi sejak umur kehamilan 6 hari.
b. Daya tampung lumen yang kecil menyebabkan cepat terjadi ruptur dan menimbulkan perdarahan intraabdominal.
c. Perdarahan yang terjadi tidak terlalu cepat sehingga masih ada waktu untuk mendapatkan pertolongan adekuat.
d. Tuboplasti dapat diduga akan menimbulkan hamil ektopik rekuren
e. Hasil konsepsi pada kehamilan istmik dapat ditemukan keadaan:
i. Dengan teknik linier insisi lumen tuba yang kecil akan menimbulkan gangguan transportasi hasil konsepsi.
ii. Menimbulkan hamil ektopik rekuren (berulang).
iii. Kehamilan ektopik isthmus paling sering menimbulkan ruptur sehingga menimbulkan perdarahan intraabdominal.
3. Kehamilan intertisial yaitu kehamilan terjadi dalam pars intertisial tuba.
a. Letaknya intramural.
b. Vaskularisasi dapat mendukung tumbuh kembang janin menjadi besar bahkan sampai aterm.
c. Ada kemungkinan ekspulsi menuju kavum uteri sehingga menjadi aterm di uterus.
d. Hasil konsepsi pada kehamilan intertisial dapat ditemukan keadaan:
i. Jika tidak sanggup menampung dan terjadi ruptur menimbulkan perdarahan banyak dan cepat hilang dari sirkulasi.
ii. Terlambat pertolongan terjadi syok irreversible sampai meninggal.
iii. Bentuk interstisial hamil ektopik menyebabkan kematian maternal paling tinggi.

 Patogenesis:
Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian akan mengalami berbagai proses seperti pada kehamilan pada umumnya. Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan embrio atau mudigah, maka pertumbuhan dapat mengalami beberapa perubahan dalam bentuk berikut ini.
a. Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
b. Abortus ke dalam tuba (abortus tubaria)
Perdarahan yang terjadi karena pembentukan pembuluh-pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, bergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan menyeluruh, nudigah dengan selaputnya dilepaskan ke dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah kearah ostium tuba pars abdominalis. Frekuensi abortus dalam tuba bergantung pada implantasi telur yang dibuahi. Abortus ke lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampularis, sedangkan penembusan dinding tuba oleh vili koriales ke arah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars ismika. Perbedaan ini disebabkan oleh lumen tuba pars ampularis yang lebih luas sehingga dapat lebih mudah terjadi pertumbuhan hasil konsepsi jika dibanding dengan bagian ismus dengan lumensempit. Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus, perdarahan dapat terus berlangsung. Perdarahan yang terus berlangsung, darisedikit-sedikit oleh darah, sehingga berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan yang terus berlangsung terus menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan(hematosalping), dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostiumtuba. Darah ini dapat berkumpul dalam kavum douglassi dan membentuk hematokel retrouterina.
c. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya, ruptur pada pars interstisialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini dapat terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka terjadi pula perdarahan dalam lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba abdominal. Bila pada abortus dalam tuba dengan ostium tuba tersumbat, rupture sekunder dapat terjadi. Dalam hal ini dinding tuba, yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang rupture terjadi diarah ligamentum itu. Jika janin hidup terus, terdapat kehamilan interligamneter.Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Perdarahan dapat terus berlangsung sehingga penderita akan dapat cepat jatuh kedalam keadaan anemia atau syok oleh karena hemorrhagia. Darah tertampung pada rongga perut akan mengalir ke kavum Douglassi yang makin lama makin banyak dan akhirnya dapat memenuhi rongga abdomen. Bila penderita tidak dioperasi dan tidak meninggal karena perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorbsi seluruhnya; bila besar, kelak dapat berubah menjadi litopedion.
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta masih utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut, sehingga akan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya ke sebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul, dan usus.

 Gambaran Klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik belum terganggu tidak khas, dan penderita maupun dokternya biasanya tidak mengetahui adalnya kelainan dalam kehamilan, sampai terjadinya abortus tuba dan ruptur tuba. Pada umumnya ibu menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada pemeriksaan vagina, uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual. Pada pemeriksaan USG sangat membantu menegakkan diagnosis kehamilan ini apakah intrauterus atau kehamilan ektopik. Untuk itu memeriksakan kehamilan muda sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG.
Bila kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi ruptur pada tuba tempat lokasi nidasi kehamilan ini akan memberi gejala dan tanda yang khas yaitu timbulnya sakit perut mendadak yang kemudian disusul dengan syok atau pingsan. Ini adalah pertanda khas terjadinya kehamilan ektopik yang terganggu.
Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, keadaan umum penderita sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke dalam syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus-menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi, tapi setelah darah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau ke seluruh perut bawah. Darah dalam rongga perut dapat merangsang difragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bila membentuk hematokel retrouterin, menyebabkan defekasi nyeri.
Perdarahan pervaginam juga tanda penting kedua pada kehamilan ektopik yang terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua. Frekuensi perdarahan dari 51–93 %. Perdarahan berarti gangguan pembentukan human chorionic gonadotropin. Jika plasenta mati, desidua dapat dikeluarkan seluruhnya.
Amenorea juga merupakan tanda penting walaupun sering tidak jelas, karena gejala dan tanda bisa langsung terjadi beberapa saat setelah terjadi nidasi pada saluran tuba yang kemudian disusul dengan ruptur tuba karena tidak bisa menampung peertumbuhan mudigah selanjutnya. Lamanya amenorea bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya. Frekuensi berkisar 23–97%.
Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan pada pemeriksaan vaginal bahwa usaha menggerakkan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri, yang disebut dengan nyeri goyang positif atau slinger pijn. Juga kavum Douglasi menonjol dan nyeri pada perabaan oleh karena terisi oleh darah.
Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar, sehingga sukar membuat diagnosis, pemeriksaan USG dapat dilakukan secara perabdominal atau pervaginam. Umumnya kita akan mendapatkan gambaran uterus yang tidak ada kantong gestasinya dan mendapatkan gambaran kantong gestasi yang berisi mudigah diluar uterus. Gambar USG kehamilan ektopik sangat bervariasi bergantung pada usia kehamilan, ada tidaknya gangguan kehamilan (rupture, abortus) serta banyak dan lamanya perdarahan intraabdomen. Diagnosis pasti kehamilan ektopik secara USG hanya bisa ditegakkan bila terlihat kantong gestasi berisi mudigah/janin hidup yang letaknya diluar kavum uteri. Namun, gambaran ini hanya dijumpai pada 5-10% kasus.



 Diagnosis
Dengan metode diagnostik modern sekalipun, wanita dengan kehamilan ektopik yang ruptur dapat datang dengan hipovolemia dan syok. Sejumlah laporan dari total hampir 2400 ibu dengan kehamilan ektopik yang dipastikan secara bedah. Hampir seperempat dari total 2400 ibu dengan kehamilan ektopik datang dalam keadaan syok, tetapi proporsi ini berkisar dari 1% sampai 50% dalam berbagai rangkaian penelitian.
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan hemoglobin dan sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit dapat dilakukan secara serial dengan jarak satu jam selama tiga kali berturut-turut. Bila ada penurunan hemoglobin dan hematokrit dapat mendukung diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.
Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahn bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjukkan keadaan yang terakhir.
b. Tes kehamilan
Apabila tesnya positif, itu dapat membantu diagnosis khususnya terhadap tumor-tumor adneksa yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehamilan. Tes kehamilan yang negatif tidak banyak artinya, umumnya tes ini menjadi negatif beberapa hari setelah meninggalnya mudigah.
c. Ultrasonografi
Dapat dinilai kavum uteri kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan atau kiri uterus dan apakah kavum Douglasi berisi cairan.
d. Kuldosintesis
Kuldosintesis merupakan suatu pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglasi ada darah. Cara ini sangat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan diperhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku yang merupakan darah berasal dari arteri atau vena yang tertusuk. Ataukah darah tua berwarna cokelat sampai hitam yang tidak membeku atau yang berupa bekuan kecil-kecil yang menunjukkan adanya hematokel retrouterina.
e. Laparoskopi
Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai.

 Penatalaksanaan
Kehamilan tuba mempunyai suatu prognosa dan penatalaksanaan. Adapun prognosa dan penatalaksanaan kehamilan tuba adalah:
Di masa lalu salpingektomi biasanya dilakukan untuk mengangkat tuba fallopii yang rusak dan berdarah. Selama dua dekade lalu kemajauan teknik untuk diagnosis dan terapi yang lebih dini pada wanita yang memiliki peran risiko tinggi terjadinya kehamilan ektopik telah memungkinkan penatalaksanaan definif untuk kehamilan ektopik yang tidak ruptur sekalipun belum ada gejala klinis. Yang penting diagnosis dini meski menyebabkan insidennya lebih tinggi telah membuat banyak kasus kehamilan ektopik dapat memperoleh terapi medis.
1. Penatalaksanan bedah
a. Salpingostomi
Prosedur ini digunakan untuk mengangkat kehamilan kecil yang panjangnya biasanya kurang dari 2 cm dan terletak di sepertiga distal tuba fallopii. Insisi linier sepanjang 10 sampai 15 mm atau kurang dibuat pada tepi antimesenterik tepat di atas kehamilan ektopik. Produk konsepsi biasanya terdorong keluar dari insisi dan dapat diangkat atau dibilas keluar dengan hati-hati. Tempat perdarahan kecil dikendalikan dengan elektrokauter jarum atau laser, dan insisinya dibiarkan tanpa jahit agar mengalami penyembuhan persekundam. Prosedur ini cepat dan mudah dilakukan dengan laparoskop dan sekarang merupakan metode bedah ”standar emas” untuk kehamilan ektopik yang ruptur.
b. Salpingotomi
Prosedurnya sama dengan prosedur salpingostomi kecuali bahwa insisinya ditutup dengan benang Vicryl 7-0 atau yang serupa. Tidak ada perbedaan prognosis dengan atau tanpa penjahitan.
c. Salpingektomi
Reseksi tuba dapat dilakukan melalui laparoskopi operatif dan dapat digunakan baik untuk kehamilan ektopik yang ruptur maupun yang tidak ruptur. Tindakan ini dilakukan jika tuba fallopii mengalami penyakit atau kerusakan yang luas. Ketika mengangkat tuba dianjurkan untuk melakukan eksisi berbentuk segitiga atau baji tidak lebih dari sepertiga luar bagian intertisial tuba tersebut. Tindakan yang disebut reseksi kornual ini dilakukan dalam upaya untuk memperkecil rekurensi kehamilan di puntung tuba yang jarang terjadi.
d. Reseksi segmental dan anastomosis
Reseksi massa dan anastomosis tuba kadang kala digunakan untuk kehamilan isthmus yang tidak ruptur. Prosedur ini digunakan karena salpingostomi dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut dan penyempitan lebih lanjut pada lumen yang sudah kecil. Setelah segmen tuba dibuka, mesosalping di bawah tuba diinsisi dan isthmus tuba yang berisi massa ektopik direseksi. Mesosalping di jahit sehingga merekatkan kembali puntung tuba. Segmen tuba tersebut kemudian diposisikan satu sama lain secara berlapis dengan jahitan terputus menggunakan benang Vycril 7-0, lebih disukai menggunakan kaca pembesar. Penjahitan dilakukan di lapisan muskularis dan tiga lapisan serosa dengan perhatian khusus untuk menghindari lumen tuba.
2. Pentalaksanaan medis yaitu dengan metotreksat
Dilaporkan obat ini sebagai lini pertama untuk kehamilan ektopik. Sejak laporan ini telah banyak laporan memaparkan keberhasilan terapi semua jenis kehamilan ektopik dengan menggunakan berbagai regimen metotreksat. Seiring dengan bertambahnya pengalaman, terapi medis menjadi setara dengan ”standar emas” salpingostomi. Meskipun demikian masih terdapat keengganan untuk menggunakan terapi medis karena takut akan terjadi ruptur tuba.
Dalam rangkaian penelitian center tunggal terbesar dilaporkan angka keberhasilan sebesar 91% pada 350 wanita yang diberi terapi metotreksat. Dari hasil tersebut 283 wanita diberi metotreksat dosis tungal, 60 wanita dengan dua dosis, dan satu wanita dengan empat dosis. Dalam sebuah percobaan acak dari Belanda, hasil yang setara dilaporkan dengan pemberian metotreksat sistemik dan salpingostomi laparoskopik.
Perdarahan intraabdomen aktif merupakan kontraindikasi kemoterapi. Ukuran massa ektopik juga penting, direkomendasikan bahwa metotreksat hendaknya tidak digunakan jika kehamilannya lebih dari 4 cm. Keberhasilannya paling besar bila usia gestasi kurang dari 6 minggu, massa tuba berdiameter tidak lebih dari 3,5 cm, janin mati, dan kadar β-hCG kurang dari 15.000 mIU. Menurut American College of Obstetricians and Gynaecologists (1998), kontraindikasi lain adalah menyusui, imunodefisiensi, alkoholisme, penyakit hati atau ginjal, diskrasia darah, penyakit paru aktif, dan ulkus peptikum.

2. Kehamilan Abdominal
Hampir semua kasus kehamilan abdominal terjadi setelah ruptur dini atau abortus kehamilan tuba ke dalam rongga peritoneum. Implantasi primer telur yang dibuahi di peritoneum sangat jarang terjadi dan telah dilaporkan enam kasus yang terdokumentasi dengan baik. Centers of Control memperkirakan bahwa insiden kehamilan abdominal adalah 1 dalam 10.000 kelahiran hidup. Di Parkland Hospital yang sering menerima kehamilan ektopik, kehamilan abdominal lanjut jarang terjadi dan ditemukan pada sekitar 1 dalam 25.000 kelahiran.
Biasanya setelah menembus dinding tuba, plasenta yang sedang tumbuh mempertahankan perlekatannya dengan tuba tetapi berangsur keluar batas dan berimplantasi di lapisan sub serosa sekitarnya. Sementara itu janin terus tumbuh di dalam rongga peritoneum. Kadang kala plasenta ditemukan pada daerah utama tuba dan pada aspek posterior ligamentum latum dan uterus. Pada kasus lain setelah ruptur tuba, konseptus berimplantasi kembali di mana pun di rongga peritoneum. Pada beberapa kasus insisi seksio sesarea terdahulu akan ruptur pada awal kehamilan sehingga menimbulkan kehamilan di dalam lipat peritoneum vesikouterina. Ditemukan seorang wanita yang kehamilannya sudah ruptur melalui sebuah bekas insisi sesarea vertikal jauh sebelum kelahiran. Plasenta tetap berimplantasi di segmen bawah uterus dan seksio sesarea ulang menjelang aterm mengungkap kehamilan abdominal dengan janin yang sehat di luar uterus.
Insiden kehamilan abdominal meningkat setelah transfer gamet intrafallopii, fertilisasi in vitro, dan induksi abortus. Endometriosis, tuberkulosis, dan IUD mungkin juga berperan dalam peningkatan insiden.
Kehamilan abdominal ada 2 macam :
a. Kehamilan abdominal primer, dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut.
Syaratnya :
i. Tuba dan ovarium normal
ii. Tidak terdapat fistula uteroplasenter
iii. Implantasi umumnya di sekitar uterus, ovarium, dan cavum douglasi
iv. Kehamilan abdominal lanjut sulit dibedakan dengan abdominal sekunder.
b. Kehamilan abdominal sekunder, yang asalnya kehamilan tuba dan setelah ruptur baru menjadi kehamilan abdominal.
Syaratnya :
i. Terjadi reimplantasi dari hasil konsepsi yang telah mengalami: ruptur tuba, ekspulsi dari osteum tuba eksternumnya, ekspulsi dari fistula uteroplasenter.
ii. Kejadiannya jarang
iii. Tindakan operasinya berbahaya akibat perdarahan yang sulit dihentikan.
Untuk menentukan kehamilan abdominal diperlukan suatu gejala dan tanda. Adapun gejala dan tanda kehamilan abdominal adalah:
Karena ruptur atau abortus dini kehamilan tuba merupakan kejadian pendahulu yang umum pada kehamilan abdominal, setelah ditinjau kembali, biasanya terdapat riwayat yang mencurigakan. Kelainan yang mungkin di ingat antara lain adalah spotting atau perdarahan ireguler bersama dengan nyeri abdomen yang biasanya paling menonjol pada salah satu atau kuadaran bawah.
Wanita yang mengalami kehamilan abdominal mungkin merasa tidak enak tetapi tidak cukup berat sampai memerlukan pemeriksaan secara mendalam. Mual, muntah, flatulen, konstipasi, diare, dan nyeri abdomen masing-masing timbul dalam berbagai tingkatan. Multipara dapat mengatakan bahwa kehamilan ini tidak ”seperti biasanya”. Pada kehamilan lanjut, gerakan janin dapat menimbulkan nyeri.
Posisi janin yang abnormal sering kali dapat di palpasi, tetapi mudahnya mempalpasi bagian janin bukan merupakan tanda yang dapat diandalkan. Masase abdomen pada kehamilan tidak merangsang massa tersebut berkontraksi sebagaimana yang hampir selalu terjadi pada kehamilan intrauterin lanjut. Serviks biasanya bergeser bergantung sebagian pada posisi janin, dan serviks mungkin berdilatasi tetapi pendataran bermakna tidak lazim terjadi. Uterus tampak seolah melapisi sebagian bawah massa kehamilan. Bagian kecil atau kepala janin kadang kala dapat dipalpasi melalui forniks dan teridentifikasi dengan jelas berada di luar uterus.
Apabila telah terjadi kehamilan abdominal dilakukan penatalaksanaan untuk menolong ibu dan mencegah komplikasi yang mungkin dapat diakibatkan dari kehamilan abdominal. Adapun penatalaksanaan kehamilan abdominal akan dijelaskan dibawah ini yaitu:

1. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan kehamilan abdominal dapat mencetuskan perdarahan yang berbahaya dan harus disediakan darah segera dalam jumlah yang cukup. Sebelum operasi harus dipasang dua jalur infus intravena yang masing-masing dapat menghantarkan volume cairan dalam jumlah besar dengan cepat. Bila waktunya memungkinkan, persiapan usus secara mekanis harus dilakukan.
Perdarahan masif yang sering terjadi pada saat pembedahan kehamilan abdominal disebabkan oleh kurangnya konstriksi pembuluh darah yang mengalami hipertrofi dan terbuka setelah pelepasan plasenta. Pelepasan plasenta parsial kadang kala terjadi secara spontan dan mengharuskan bedah laparotomi.
2. Penatalaksanaan plasenta
Penatalaksanaan plasenta diperlukan pada kasus kehamilan abdominal disebabkan karena pengangkatan plasenta selalu membawa risiko perdarahan, pembuluh darah yang memberi darah pada plasenta harus di ligasi sebelum plasenta diangkat. Pelepasan parsial dapat timbul spontan atau lebih mungkin pada saat pelaksanaan operasi ketika sedang mencoba menentukan secara tepat lokasi perlekatan plasenta. Karena itu yang paling baik adalah menghindari eksplorasi yang tidak perlu pada organ sekitar. Secara umum bayi harus dilahirkan, tali pusat dipotong dekat plasenta, dan abdomen ditutup.

Pada kehamilan abdominal terdapat suatu prognosis terutama pada keadaan ibu. Adapun prognosis dari kehamilan abdominal adalah:
Pada kehamilan abdominal angka kematian ibu sangat meningkat dibandingkan dengan kehamilan normal. Hal ini dikarenakan kehamilan abdominal merupakan kehamilan didaerah rongga peritoneum dimana yang seharusnya rongga tidak terisi oleh hasil konsepsi. Namun dengan perencanaan praoperasi yang tepat, kematian ibu telah diturunkan dari kira-kira 20% menjadi kurang dari 5% dalam 20 tahun terakhir. Pada banyak kasus terdapat banyak sekali morbiditas pada wanita yang selamat.

3 Kehamilan Ovarium
Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg, yakni: (1) Tuba pada sisi kehamilan harus normal, (2) Kantong janin harus berlokasi pada ovarium, (3) Kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovari proprium (4) Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong janin.
Diagnosis yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi oleh jaringan ovarium dengan trofoblas memasuki alat tersebut. Pada kehamilan ovarial biasanya terjadi ruptur pada kehamilan muda dengan akibat perdarahan dalam perut. Hasil konsepsi dapat pula mengalami kematian sebelumnya sehingga tidak terjadi ruptur, ditemukan benjolan dengan berbagai ukuran yang terdiri atas ovarium yang mengandung darah, vili korialis dan mungkin juga selaput mudigah.
Penggunaan IUD pada saat yang sama tampaknya amat berkaitan dengan kehamilan ovarium, dilaporkan empat kasus kehamilan ovarium yang ibunya masih menggunakan IUD copper-7 in situ.
Penatalaksanaan klasik untuk kehamilan ovarium adalah bedah. Perdarahan dini untuk lesi kecil ditangani dengan reseksi baji pada ovarium atau kistektomi. Bila terdapat lesi yang lebih besar, paling sering dilakukan ovariektomi. Baru ini laparoskopi telah digunakan untuk melakukan reseksi atau untuk ablasi laser pada kehamilan ovarium. Pada kehamilan ovarium yang belum ruptur pengobatan dengan metotreksat dilaporkan telah berhasil.

4 Kehamilan Serviks
Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi dalam kavum servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan muda. Jika kehamilan berlangsung terus, serviks membesar dengan ostium uteri eksternum terbuka sebagian. Kehamilan servikal jarang melampaui 12 minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh karena perdarahan. Pengeluaran hasil konsepsi pervaginam dapat menyebabkan banyak perdarahan, sehingga untuk menghentikan perdarahan diperlukan histerektomi totalis.
Paalman dan Mc ellin (1959) membuat kriteria klinik sebagai berikut: (1) Ostium uteri internum tertutup, (2) Ostium uteri eksternum terbuka sebagian, (3) Seluruh hasil konsepsi terletak dalam endoservik, (4) perdarahan uterus setelah fase amenorea tanpa disertai rasa nyeri, (5) serviks lunak, membesar, dapat lebih besar dari fundus uteri, sehingga terbentuk hour-glass uterus.

BAB 3
MOLA HIDATITOSA

3.1 Latar Belakang
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dengan ciri – ciri stroma villus corialis langka vaskularisasi dan edematus. Penyakit ini termasuk kelainan trofoblast yang berasal dari kehamilan. Setelah ovum dibuahi, terjadi pembagian sel di daerah tersebut. Tidak lama kemudian terbentuk blastokista yang mempunyai lumen dan dinding luar. Dinding ini terdiri dari sel-sel ektoderm, yang kemudian menjadi trofoblast. Trofoblast memegang peranan penting dalam proses implantasi blastokista berhubung dengan kemampuannya menghancurkan jeringan endometrium. Setelah zigote memasuki endometrium (yang kini berubah menjadi desidua), trofoblast dan khususnya sitotrofoblast tumbuh terus. Sitotrofoblast yang bersifat invasif, dapat membuka pembuluh darah, dan lewat jalan darah dapat dibawa ke paru-paru. Pada kurang lebih 50% wanita yang melahirkan dapat ditemukan sel-sel trofoblast dalam paru-paru, sel-sel tidak tumbuh terus tetapi mati, berhubung dengan kemampuan imunologik wanita yang bersangkutan.
Mola hidatidosa tergolong penyakit trofoblast yang tidak ganas, tetapi penyakit ini dapat menjadi ganas (mola destruens atau penyakit trofoblast ganas jenis villosum) dan sangat ganas (koriokarsinoma atau penyakit trofoblast ganas jenis villosum). Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 atas 120 kehamilan) daripada wanita di negara barat (1 atas 2000 kehamilan). Sedangkan insiden di Amerika adalah 1 dari 1000 kehamilan. Insiden di Indonesia adalah 1 : 51 sampai 1 : 141 kehamilan berbeda-beda tiap daerah. Insiden lebih tinggi di negara berkembang dibanding negara maju.

3.2 Definisi
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi korialis mengalami degenerasi hidrofik, dengan ciri-ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villus-villus akan membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus memberikan gambaran sebagai segugus buah anggur, sehingga sering disebut sebagai hamil anggur. Jaringan trofoblast pada villus kadang-kadang berproliferasi ringan. Kadang-kadang keras dan mengeluarkan hormon, yakni Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa.


3.3 Etiologi
Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Berbagai teori telah dianjurkan, misalnya : teori infeksi, defisiensi makanan terutama protein tinggi. Ada pula teori consanguinity. Teori yang paling cocok dengan keadaan adalah teori Acosta Sison yaitu defisiensi protein karena kenyataan membuktikan bahwa penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dari golongan sosio ekonomi rendah.
Akhir – akhir ini dianggap bahwa kelainan tersebut terjadi karena pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sperma yang mengandung kromosom haploid, kemudian membelah menjadi 46 xx, sehingga mola hidatidosa bersifat homozigot, wanita dan androgenesis.

3.4 Faktor resiko
Faktor resiko terjadinya mola hidatidosa adalah
 Golongan sosio ekonomi rendah
 Usia di bawah 20 tahun
 Paritas tinggi
 Riwayat kehamilan mola sebelumnya
 Diet rendah protein, asam folat, dan karotin

3.5 Patofisiologi
Teori terjadinya penyakit trofoblas ada 2, yaitu teori missed abortion dan teori neoplasma dari Park. Teori missed abortion menyatakan bahwa mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion) karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Teori neoplasma dari Park menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dan juga fungsinya dimana terjadi resorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. Uterus membesar lebih cepat dari biasanya, penderita mengeluh tentang mual dan muntah, tidak jarang terjadi perdarahan pervaginam. Kadang-kadang pengeluaran darah disertai dengan pengeluaran beberapa gelembung villus, yang memastikan diagnosis mola hidatidosa.



Untuk klasifikasi mola terbagi menjadi berdasarkan perkembangan dari trofoblast extra embrionik :
1. Mola Hidatidosa klasik/komplet :
Yang dimaksud dengan mola hidatidosa komplit adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hamper seluruh villi corialis mengalami perubahan hidrofik.
Secara makroskopis mola hidatidosa komplit dikenal yaitu berupa gelembung – gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari millimeter sampai 1 – 2 cm.
Gambaran histopatologis yang khas adalah edema stroma villi, tidak ada pembuluh darah pada villi dan proliferasi sel – sel trofoblas.

2. Mola hidatidosa parsial/inkomplet :
Yang dimaksud mola hidatidosa parsial adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana sebagian villi korialis mengalami perubahan hidrofik sehingga masih disertai janin atau bagian lain dari janin.
Secara makroskopis ditemukan gelembung mola yang disertai dengan janin atau bagian dari janin. Umumnya janin mati pada bulan pertama tetapi ada juga yang hidup sampai cukup besar atau aterm.
Pada pemeriksaan histopatologis tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan di tempat lain masih tampak villi yang normal. Umumnya mola parsialis mempunyai kariotip triploid. Pada perkembangannya jenis mola ini jarang menjadi ganas. Bila ada mola disertai janin biasanya ada 2 kemingkinan, pertama kehamilan kembar dimana 1 janin tumbuh normal dan hasil konsepsi lainnya menjadi mola hidatidosa, kedua hamil tunggal yang berupa mola parsialis.



3.6 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis mola hidatidosa adalah
 Amenore
 Adanya tanda-tanda kehamilan (mual, muntah, pusing)
 Perdarahan pervaginam berulang, darah terutama berwarna coklat. Perdarahan merupakan gejala utama mola karena hal inilah yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Perdarahan ini bisa intermitten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena perdarahan ini maka umumnya penderita mola hidatidosa masuk rumah sakit dalam keadaan anemia.Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola yang bisa dijadikan diagnosa pasti mola.
 Pembesaran uterus lebih besar daripada kehamilan biasanya. Ini adalah kelainan yang sering dijumpai.
 Hiperemesis gravidarum.
 Tanda-tanda pre-eklampsia pada trimester I.
 Tanda-tanda tirotoksikosis. Ternyata insidennya sekitar 1% - 7,6%. Peningkatan kadar tiroksin plasma mungkin terutama disebabkan oleh peningkatan estrogen.
 Kista lutein unilateral / bilateral.
Pada banyak kasus mola hidatidosa, ovarium mengandung kista teka lutein. Kista ini ukurannya bervariasi. Permukaan kista halus, sering kekuningan dan dilapisi sel – sel lutein. Kista – kista ini diduga terbentuk akibat perangsangan unsur – unsur lutein yang berlebihan oleh gonadotropin korionik dalam jumlah besar yang dikeluarkan oleh trofoblas.
 Tidak dirasakan adanya tanda-tanda gerakan janin, balotement negatif kecuali pada mola parsial.

3.7 Diagnosa
Untuk dapat mendiagnosa mola, sebagai dokter harus cermat dan teliti.
1. Anamnesa : pasien biasanya mengeluh tidak haid, mual, muntah, perdarahan pervaginam.
2. Pemeriksaan fisik : edema ekstremitas akibat pre eklampsi, nampak pucat, keluarnya jaringan mola (Dx pasti mola), pada mola klasik : uterus > besar dari usia kehamilan, pada mola parsial : uterus > kecil dari usia kehamilan,
tidak teraba janin, konjungtiva anemis, tidak adanya Denyut Jantung Janin.

(jaringan mola)
3. Pada pemeriksaan dalam : uji sonde (Acosta Sison/Hanifa) tidak ada tahanan massa konsepsi dan sonde bisa diputar 360 derajat dengan deviasi sonde 10 derajat.
Pemeriksaan penunjang mola hidatidosa :
☻ Foto toraks untuk melihat kemungkinan metastase koriokarsinoma, gambaran emboli udara.
☻ HCG urin atau serum : meningkat lebih tinggi dari kehamilan biasanya.
☻ T3 & T4 bila ada gejala tirotoksikosis.
☻ USG : gambaran khas mola yaitu badai salju (snow flake pattern)

(gambaran badai salju/snow flake pattern)
☻ Uji sonde menurut Hanifa. Tandanya yaitu sonde yang dimasukkan tanpa tahanan dan dapat diputar 360 derajat dengan deviasi sonde kurang dari 10 derajat.
3.8 Diagnosa banding
1. Kehamilan dengan Mioma
2. Abortus
3. Hidramnion
4. Gemelli
5. KET.

3.9 Komplikasi
Perdarahan hebat
Anemis
Syok
Infeksi
Perforasi uterus
Keganasan
Eklamsia
Tirotoksikosis

3.10 Penatalaksanaan
Terapi mola hidatidosa ada 3 tahapan yaitu :
1. Perbaikan keadaan umum
Koreksi hidrasi
- Tranfusi bila Hb < 8 gr %
- Hiperemesis dan pre eklampsi diobati sesuai prosedur.
- Tirotoksikosis : PTU 3 x 100 mg dan propanolol 40-80 mg.
2. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi
 Kuretase :
1. Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan.
2. Bila canalis servicis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
3. Pada wanita yang masih menginginkan anak, maka setelah diagnosa pasti mola, dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan (suction curretage). Sesudah itu, dilakukan kerokan dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus, kerokan perlu dilakukan secara hati-hati berhubung dengan bahaya perforasi.
4. Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus dengan tetesan oksitosin 10 IU dalam 500 cc dektrose 5% atau RL dengan kecepatan 40 – 60 tetes/menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat).
5. Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu, untuk memastikan bahwa uterus benar-benar sudah kosong dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblast yang dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu makin perlu waspada terhadap kemungkinan keganasan.
6. Setelah jaringan mola dikeluarkan, dapat ditemukan bahwa kedua ovarium membesar menjadi kista teka-lutein. Kista-kista tersebut tumbuh akibat pengaruh hormonal, dan kemudia akan mengecil sendiri.
7. Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.

 Histerektomi :
Syarat melakukan histerektomi adalah :
- umur ibu 35 tahun atau lebih.
- Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih atau ibu sudah tidak ingin hamil lagi.
3. Pemeriksaan tindak lanjut
Pemeriksaan tindak lanjut pada pasien mola hidatidosa meliputi :
Lama pengawasan 1-2 tahun.
Selama pengawasan, pasien dianjurkan unntuk memakai kontrasepsi kondom, pil kombinasi atau diafragma. tujuan penggunaan pil kontrasepsi berguna dalam 2 hal : 1) mencegah kehamilan. 2) menekan pembentukan LH oleh hipofisis yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar hCG. Pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pasien datang untuk kontrol.
Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan kadarnya yang normal 3 kali berturut-turut. Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukan kadarnya yang normal 6 kali berturut-turut. Pemeriksaan dilakukan setiap bulan selama 6 bulan, lalu setiap 2 bulan untuk total 1 tahun.
Foto thorax dilakukan setiap bulan.
Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan pada pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya tanda-tanda metastasis maka pasien harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi. Kemoterapi dapat dilakukan dengan pemberian Methotrexate dosis : 0,4 mg/kgBB (maks 25 mg) tiap 2 minggu selama 5 hari berturut-turut atau actinomycin Dosis : 9-13 µg/kgBB IV (maks 500 µg/hari) 5 hari berturut-turut setiap 2 minggu atau kadang-kadang dengan kombinasi 2 obat tersebut.
Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik, dan foto toraks semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebut dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil kembali. Kontrasepsi yang digunakan adalah kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas.

3.10 PROGNOSIS
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan karena perdarahan, infeksi, eklamsia, payah jantung, tirotoksikosis. Di negara maju, kematian karena mola hampir tidak ada lagi tetapi di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu sekitar 2,2% - 5,7%. Sekitar 80 % mola jinak dengan prognosa baik, 20 % nya berubah menjadi ganas (choriocarcinoma)

Daftar pustaka

1. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
2. Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
3. Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
4. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Gestational trophoblastic diseases. Williams Obstetrics. 21st ed. New York: McGraw-Hills, 2001
5. Cunningham. 2007. Obstetri Williams, 21th edn. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
6. Donna D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia.
7. Gde IB, Chandranita IA, Fajar IBG. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
8. Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
9. Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
10. Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
11. Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
12. http://www.pogisurabaya.org. Mola Hidatidosa, Diakses tanggal 4 Oktober 2012
13. Mansjoer A,dkk. Mola Hidatidosa. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:2001, Media Aesculapius
14. Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
15. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
16. Prawirohardjo S. Winknjosastro H. 2009. Ilmu Kandungan. 4th edn. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
17. Prawirohardjo S. Winknjosastro H. 2009. Ilmu Kebidanan. 4th edn. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
18. Rusdianto. Kehamilan Ektopik. Diakses tanggal 4 Oktober 2012. www.geocities.com.
19. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Penyakit trofoblas. Ilmu Kebidanan. Jakarta: 2005, Yayasan Bina Pustaka
20. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T.Mola Hidatidosa. Ilmu Kandungan. Jakarta: 2007, Yayasan Bina Pustaka
21. www.Mayoclinic.org.Sekilas tentang Mola. Diakses tanggal 4 Oktober 2012.

Rabu, 10 Oktober 2012

Paket Hemat dari XL

Setelah hunting selama 2 minggu mencari perdana Esia yang nggak turun-turun. Akhirnya kemarin, terpaksa nyari perdana XL, yang kebetulan sih saya cuman punya modem XL aja. hehehe.

"Mbk ada perdana XL??"
"Perdana apa mz?? "
"Perdana yang buat internetan mbk" Jawab saya
"Oh ada mz, 1,5 GB tapi cuman 10 hari aja mz 19rb harganya. Mz mau tha?"

dalam hati, kok murah yaa?? dulu kira-kira beberapa bulan yag lalu, 3 bulan rasanya. Paket 1,2 GB sya harus tebus dengan Harga 99rb. Yang secara tidak langsung saya harus membeli pulsa sebanyak 100rb untuk menikmati paket ini. Sekarang 1,5 GB saya nikmati hanya dengan 19rb?? Gilaaa...

Memang sih saya pernah tau klo teman saya yang menggunakan kartu lain, tepatnya menggunakan AXIS dia dapat pake 1,5GB. Saya pikir wajar lha memang kn AXIS sekarang lagi murah2nya. Selang beberaa hari saya tanya ke teman saya yang juga menggunakan XL sebagai modemnya. Ternyata dia bilang klo paket yang ada sekarang 50rb 1,2 GB. Wow!! keren mendekati AXIS sekarang ternyata.

Ternyata itu dia ambil kesimpulan karena dia menggunakan paket 25rb 600mb. hehe.

Setelah saya pakai paket 19rb ini, teman saya tadi tertarik untuk membeli paket yang sama dengan saya. saya antar lha ke counter tempat saya membeli perdana tersebut. Ternyata eh ternyata, paket yang ditawarkan adalah 1,5GB seharga 19rb untuk paket sampai dengan tanggal 18-10-12. dan 1,2 seharga 35rb untuk pamakaian 1 bulan. dan 1,5 GB seharga 39rb  untuk pemakaian 1 bulan juga. Gila. Hemat 10rb daripada paket wajarnya. Mantep!!!

Untuk yang baru tau informasi ini, buruan k counter terdekat dan nikmati program hematnya XL. Bagi yang tau info murah paket Internet murah lainnya tolong share yaa..

Selasa, 09 Oktober 2012

Kaya Muda atau Kaya saat Usia Tua

Itu yang terpikir dibenak setelah yakin suatu saat akan bisa kaya dengan profesi kedokteran yang sekarang aku seriusi. Memang image kaya begitu melekat dengan gelar dokter. Tapi jangan salah, dengan profesi ini anda harus menjalani kuliah yang begitu panjang. rata-rata 6 tahun itupun jika tidak mengalami hambatan dalam kuliahnya.

Ditambah keputusan pemerintah yang merencanakan internship selama 2 tahun. Untung saja itu masih perencanaan yang belum tentu terlaksana. Sebenarnya saya sendiri setuju dengan program tersebut, tapi gaji yang ditawarkan sangatlha minim, hanya 1,2 juta dimanapun anda bertugas. Beruntung lha bagi anda yang dapat bertugas di pulau jawa, karena dengan dana tersebut anda sudah hidup dengan layak, meskipun minim buat temen2 yang lain.

Saat kami memprotes gaji yang minimal tersebut, kenapa gaji kami hanya segitu kenapa tidak disesuaikan dengan UMR??, Prof Ali yang mengetuai program ini menjawab dengan singkat, " apakah dokter itu seorang buruh?"

Tentu saja kami spontan menjawab "TIDAK".

Saya sendiri sebenarnya kasihan melihat Prof Ali, karena tampak kelelahan sekali mengurusi program yang baru beberapa tahun saja berjalan. Dengan kondisi Bangsa kita yang masih morat marit, menjalani suatu sistem pastilah tidak semudah membalikkan tangan.

Jujur saja, saya sendiri memandang negatif bangsa ini. Prof Ali sudah mengajukan untuk kenaikan gaji kami saat internship menjadi 1,5 juta. Tentu saja dibenak saya, paling juga sulit, saya yakin seorang guru besar yang berdiri di depan saya ini adalh seorang pekerja keras dan jujur. Karena beliau sendiri berbicara bahwa sering menolak titipan supaya beberapa dokter yang baru saja lulus seperti kami ditempatkan ditempat yang nyaman. Ditambah lagi di dunia kami yang banyak tekanan, pastilah sulit untuk tidak jujur.

Mudah-mudahan saya lulus sebelum program pemanjangan 2 tahun ini syah. Amiiin. hehehe

Bukan itu saja tantangan kami menjadi dokter, karena kelulusan kami juga sekarang ditambah dengan ujian skill OSCE nasional yang tadinya tidak ada. Tidak saya pungkiri, skill ini yang sering membuat kami jatuh, karena sebatas teori dan segala hambatannya. Sekalipun teman saya otak yang encer saja nggak lulus, beruntung saja saya kemarin banyak yang lulus. disuruh ngulang juga belum karuan lulus lagi. hehehe

Makanya rasanya pengen lebih cepat buat kaya daripada jadi dokter. he
Kelamaan. teman sepantaran sudah pada nikah, adik sepupu sudah pada hamil sama punya anak. Giliran saya, masih pengen serius kuliah dulu. Gak enak bebani keluarga lagi. Sabar ya adek, jangan buru-buru nikah. Maz lamar kok. hahaha

Tapi dipikir-pikir juga, selain jadi dokter, sulitnya minta ampun nyari uang, seperti adek kandungku yang harus melerakan waktunya dari jam 03.00-21.00 untuk menjual terang bulan mininya yang baru saja launching hari minggu lalu. Buka di daerah UNESA depan INDOMARET. Yang lewat beli ya. Cuman Rp. 1500,-/biji. Murmer. MOBO nama usahanya.

Mengenaskan juga liatnya. Tapi gk apa lha, barang kali sukses dari sana. Atau jangan-jangan dia yang kaya duluan daripada saya. Amiiin.

Kamis, 16 Agustus 2012

Tuberculoma

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan, khususnya penyakit menular yang merupakan penyakit "rakyat" dengan keadaan sosioekonomi yang kurang, terutama di negara yang sedang berkembang antara lain adalah tuberkulosis (TB), bahkan di negara maju pun dengan munculnya AIDS maka tuberkulosis akibat mikobakterium atipikal mulai diperhatikan.
Tuberkulosis (TB) tetap merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian baik di negara sedang berkembang maupun dinegara maju. Saat ini diperkirakan setiap 15 detik seseorang meninggal karena menderita tuberkulosis (Safitri, 2004).
WHO melaporkan bahwa di seluruh dunia sejak tahun 1990-1999 sekitar 30 juta orang meninggal sia-sia karena tuberkulosis. Sepertiga populasi dunia terinfeksi oleh kuman TB dan setiap tahun dijumpai 8 juta kasus baru dengan angka kematian 3 juta (Sadjimin, 2004).
Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TB, karena pada sebagian besar di dunia, penyakit TB tidak terkendali. Ini disebabkan banyaknya pendeita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita menular (BTA positif).
Munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia, diperkirakan penderita TB akan meningkat. Pada saat yang sama multidrug resistance yang diakibatkan tatalaksana pengobatan yang buruk, berkembang menjadi masalah yang sangat serius di beberapa negara (Gunawan, 2004)
Di Indonesia pada tahun 1995, hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
Pada bulan maret 2000, Menteri Kesehatan dan Menteri Perencanaan Pembangunan dari 22 negara dengan beban TB tinggi (High burden countries) melakukan komitmen bersama dan menghasilkan Deklarasi Amsterdam. Deklarasi ini mengikat semua negara peserta untuk memprioritaskan masalah penanggulangan TB di negara masing-masing. Deklarasi ini kemudian ditindak lanjuti dengan “Global DOTS Expansion Plan “ dan “Washington Commitment” pada Oktober 2001 sebagai tindak lanjut operasional dengan beberapa target, antara lain penyusunan rencana strategis pada masing-masing negara. Target
penemuan kasus TB BTA (+) > 70% dari kasus yang diperkirakan, dengan angka kesembuhan >85% akan dicapai pada akhir tahun 2005.
Tuberkulosis lebih sering menyerang paru-paru sebagai pulmonary tuberculocis, tetapi bakteri tuberkulosis juga dapat menyerang ke sistem nervous central (otak dan saraf), sistem limfatik, sistem sirkulasi, sistem genitouinari, tulang, persendian, kulit dan bahkan seluruh tubuh (Wikipedia, 2007). Salah satu manifestasi infeksi tuberkulosis ekstrapulmonal yang berbahaya adalah TB pada sistim saraf, dalam hal ini adalah tuberkuloma intrakranial
Tuberkulosis merupakan penyakit endemi di negara berkembang dan 30% dari space occupation lesi adalah tuberkuloma. Tuberkuloma intrakranial merupakan kejadian yang langka dan salah satu penyebab lesi massa intrakranial. Dengan diagnosis yang cepat berdasarkan temuan patologis dapat meningkatkan prognosisnya.
Tuberkuloma cerebra (tuberculosis otak) merupakan penyakit yang jarang didapatkan tetapi menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi walaupun metode diagnostic dan pengobatan sudah modern (WY Lee, KY Pang, dan CK Wong, 2002).
Tuberkuloma cerebral menyebabkan masa lesi intracerebral. Diagnosis cepat berdasarkan penemuan tanda patologi dapat meningkatkan prognosis (H Yanardag, S Uygun, V Yumuk, M Caner, dan B Canbaz, 2005).
Penanganan tuberkuloma tergantung pada kondisi penderita dan lokasi tuberkuloma. Bila kondisi penderita stabil dan tidak ada massa yang menonjol, terapi konservatif sebaiknya dilaksanakan terlebih dahulu.

1.2 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami penyakit Tuberkuloma intrakranial
.













BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Otak
a. Anatomi Fisiologi Otak
Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3 pon), menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan terhadap perubahan oksigen dan glukosa darah, aliran darah berhenti 10 detik saja sudah dapat menghilangkan kesadaran manusia. Berhenti dalam beberapa menit, merusak permanen otak. Hipoglikemia yang berlangsung berkepanjangan juga merusak jaringan otak (Prince,Wilson, 2006:1024).
Ketika lahir seorang bayi telah mempunyai 100 miliar sel otak yang aktif dan 900 miliar sel otak pendukung, setiap neuron mempunyai cabang hinggá 10.000 cabang dendrit yang dapat membangun sejumlah satu kuadrilion. Koneksi, komunikasi, perkembangan otak pada minggu-minggu pertama lahir diproduksi 250.000 neuroblast (sel saraf yang belum matang), kecerdasan mulai berkembang dengan terjadinya koneksi antar sel otak, tempat sel saraf bertemu disebut synapse, makin banyak percabangan yang muncul, makin berkembanglah kecerdasan anak tersebut, dan kecerdasan ini harus dilatih dan di stimulasi.
Otak manusia adalah organ yang unik dan dasyat, tempat diaturnya proses berfikir, berbahasa, kesadaran, emosi dan kepribadian. Secara garis besar, otak terbagi dalam 3 bagian besar, yaitu neokortek atau kortex serebri, system limbik dan batang otak, yang berkerja secara simbiosis. Bila neokortex berfungsi untuk berfikir, berhitung, memori, bahasa, maka sistek limbik berfungsi dalam mengatur emosi dan memori emosional, dan batang otak mengarur fungsi vegetasi tubuh antara lain denyut jantung, aliran darah, kemampuan gerak atau motorik, Ketiganya bekerja bersama saling mendukung dalam waktu yang bersamaan, tapi juga dapat bekerja secara terpisah.
Otak manusia mengatur dan mengkoordinir gerakan, perilaku dan fungsi tubuh, homeostasisseperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, keseimbangan cairan, keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan, aktivitas motorik dan lain-lain.
Otak terbentuk dari dua jenis sel: yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensial aksi . Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang di kenal sebagai sinapsis. Neurotransmiter paling mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorang yang ada antara lain asetil kolin, dopamin, serotonin, epinefrin, norepinefrin.
Selaput otak terdiri dari tiga lapisan: (1) durameter adalah meningens terluar yang mepurapakan gabungan dari dua lapisan selaput yaitu: bagian dalam dan bagian luar, (2) arakhnoid merupakan lapisan tengah antara durameter dan piameter, (3) piameter merupakan lapisan selaput otak yang paling dalam yang langsung berhubungan dengan permukaan jaringan otak serta mengikuti konvolusinya.
Otak dibagi ke dalam lima kelompok utama yaitu :
1. Telensefalon (endbrain)
Terdiri atas: hemisfer serebri yang disusun oleh korteks serebri, system limbic, basal
ganglia dimana basal ganglia disusun oleh nucleus kaudatum, nucleus lentikularis, klaustrum dan amigdala.
a.     Korteks serebri berperan dalam: persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa, sifat pribadi, proses mental misalnya: berpikir, mengingat, membuat keputusan, kreativitas dan kesadaran diri.
b. Nucleus basal berperan dalam: inhibisitonus otot, koordinasi gerakan yang lambat dan menetap, penekanan pola-pola gerakan yang tidak berguna.
2. Diensefalon (interbrain)
Terbagi menjadi epitalamus, thalamus, subtalamus dan hipotalamus.
a.     Thalamus berperan dalam : Stasiun pemancar untuk semua masukan sinaps, kesadaran kasar terhadap sensasi, beberapa tingkat kesadaran, berperan dalam kontrol motorik.
b.     Hipotalamus berperan dalam: mengatur banyak fungsi homeostatik, misalnya kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan asupan makanan. Penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin, sangat terlibat dalam emosi dan pola perilaku dasar.
3. Mesensefalon (midbrain) corpora quadrigemina
Memiliki dua kolikulus yaitu kolikulus superior dan kolikulus inferior dan terdiri dari
tegmentum yang terdiri dari nucleus rubra dan substansia nigra.
4. Metensefalon (afterbrain), pons dan medulla oblongata
Memiliki peran asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer, pusat pengaturan kardiovaskuler, respirasi dan pencernaan. Pengaturan reflek otot yang terlibat dalam keseimbangan dan postur. Penerimaaan dan integrasi semua masukan sinaps di korda spinalis, keadaan terjaga dan pengaktifan korteks serebrum.
5. Serebellum
Memiliki peran dalam menjaga keseimbangan, peningkatan tonus otot, koordinasi dan perencanaan aktivitas otot volunter yang terlatih. Hemisfer sendiri menurut pembagian fungsinya masih di bagi kedalam lobus-lobus yang dibatasi oleh gyrus dan sulkus, seperti terlihat dalam gambar dibawah ini: fungsi dari setiap lobus ada pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Fungsi Lobus Otak



Gambar 1. Gambar Otak dari Lateral

b. Sistem Sirkulasi Otak
Kebutuhan energy oksigen jaringan otak adalah sangat tinggi oleh karena itu aliran darah ke otak absolute harus selalu berjalan mulus. Suplai darah otak seperti organ lain pada umumnya disusun oleh arteri-arteri dan vena-vena.
1.    Arteri Karotis
Arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna bercabang dari arteri karotis komunis kira-kira setinggi tulang rawan carotid. Arteri karotis kiri langsung bercabang dari arkus kosta, tetapi arteri karotis komunis kanan berasal dari arteri brakiosefalika. Arteri karotis eksterna mendarahi wajah, tiroid, lidah dan faring. Cabang dari arteri karotis eksterna yaitu arteria meningea media, mendarahi struktur-struktur dalam di daerah wajah dan mengirimkan satu cabang yang besar ke daerah durametter. Arteri karotis interna sedikit berdilatasi tepat setelah percabangannya yang dinamakan sinus karotikus. Dalam sinus karotikus terdapat ujung-ujung saraf khusus yang berespon terhadap perubahan tekanan darah arteria, yang secara reflex mempertahankan suplai darah ke otak dan tubuh.
Arteri karotis interna masuk ke otak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteria serebri anterior dan media. Arteria serebri media adalah lanjutan langsung dari arteri karotis interna. Segera setelah masuk ke ruang subarakhnoid dan sebelum bercabang-cabang, arteria karotis interna mempercabangkan arteri oftalmika yang masuk ke dalam orbita dan mendarahi mata dan isi rbita lainnya. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur seperti nucleus kaudatus, putamen, bagian-bagian kapsula interna dan korpus kalosum dan bagian-bagian lobus frontalis dan parietalis serebri.
Arteri serebri media menyuplai darah untuk bagian lobus temporalis, parietalis. dan frontalis korteks serebri dan membentuk penyebaran pada permukaan lateral yang menyerupai kipas. Arteri ini merupaka sumber utama girus prasentralis dan potssentralis.
2.    Arteri vertebrobasilaris
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sis yang sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteria-arteri inomata, sedangakan arteria subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medulla oblongata. Kedua arteria tersebut bersatu membentuk arteri basilaris. Tugasnya mendarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksifitalis dan temporalis, apparatus koklearis, dan organ-organ vestibular.
3.    Sirkulus Arteriosus Willisi
Meskipun arteri karotis interna dan arteri vertebribasilaris merupakan dua system arteri terpisah yang mengalirkan darah ke otak, tetapi keduanya disatukan oleh pembuluh-pembuluh darah anastomosis yang sirkulus arteriosus willisi.

Gambar Sirkulasi Darah Otak

2.3 Tuberkuloma Intrakranial
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Tuberculoma intrakranial adalah suatu massa seperti tumor yang berasal dari penyebaran secara hematogen lesi tuberkulosa pada bagian tubuh yang lain terutama dari paru. Tuberkuloma sering multiple dan paling banyak berlokasi pada fosa posterior pada anak dan orang dewasa tetapi dapat juga pada hemisfer serebri (Shams, 2011)
Tuberkulosis Cerebral adalah salah satu bentuk tuberkulosis yang menyerang sistem central nervous yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menginfeksi otak. Tuberkulosis cerebral merupakan suatu proses peradangan kronik dan destruktif yang disebabkan basil tuberkulosa yang menyebar secara hematogen dari fokus jauh, dan hampir selalu berasal dari paruparu. Penyebaran basil ini dapat terjadi pada waktu infeksi primer atau pasca primer. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak, gangguan sistem imun, dan penderita AIDS.
Pada CT Scan terlihat gambaran granuloma tuberkulosa merupakan low attenuation dengan kontras yang meningkat pada kapsulnya. Biasanya dikelilingi oedema dan lesi dapat multiple. Pada tuberkuloma kadang terdapat kalsifikasi.
Diagnosa preoperative biasanya diapresiasikan hanya setelah pengenalan focus tuberkulosa pada tempat lain ditubuh.
2.3 Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 μm dan tebal 0,3 – 0,6 μm dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA).
Kuman ini dapat menginfeksi manusia, seperti M. bovis, M. kansasii, M. intracellular. Pada manusia paru-paru merupakan pintu gerbang utama masuknya infeksi pada organ lain, bahkan bisa sampai menginfeksi otak.
Kuman Mycobacterium tuberculosisi berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun (DepKesRI, 2003).
Mycobacterium tuberculosis adalah tahan asam, tidak berspora, tidak berkapsul, dan obligat aerob. Pertumbuhannya lambat, yaitu waktu penggandaannya adalah 12–24 jam, 2–6 minggu pada media yang padat. Tumbuh baik pada suhu badan. Dapat bertahan hidup dalam kondisi kering dalam beberapa lama, tetapi dapat mati oleh cahaya langsung matahari, sinar Ultraviolet, 60°C dalam 20 menit, atau phenol (zat asam karbol) dalam 12 jam (Anonim, 2004).
2.4 Epidemiologi
Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection =ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB.
Dari keterangan tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa pada daerah dengan ARTI 1%, maka diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita tuberkulosis setiap tahun, dimana 50 penderita adalah BTA positif.
Ekstrapulmonal Tuberkulosis kejadiannya diperkirakan 20 % dari kejadian semua tuberkulosis dan kejadiannya meningkat setiap tahunnya. Tuberkulosis sistem central nervous kejadiannya diperkirakan hanya 5 % dari kejadian ekstrapulmonal tuberkulosis, sedangkan untuk tuberkulosis cerebral tidak ada data pasti sebanyak apa tingkat kejadiannya, karena bentuk tuberkulosis ini sangat jarang terjadi dan juga jarang dilaporkan.
Pada awal abad 20, tuberculoma pada Central Nervus System (CNS) merupakan 34 % dari semua lesi massa intrakranial diidentifikasi pada otopsi. Rasio ini ditemukan sekitar 0,2 % di semua tumor otak yang dibiopsi antara tahun 1955 dan 1980 pada lembaga neurologis pada negara maju. Frekuensi keterlibatan CNS berdasarkan literature berkisar dari 0,5 % sampai 5,0 %, dan banyak ditemukan pada Negara berkembang. Manifestasi yang sering dari tuberculosis CNS adalah tuberculosis meningitis, diikuti oleh tuberkuloma dan abses tuberculosis.
Tuberkuloma ditemukan hanya 15% sampai 30% dari kasus tuberkulosis CNS dan kebanyakan terjadi pada hemisfer. Sejauh ini berdasarkan literatur hanya empat kasus yang dilaporkan terjadi pada sinus kavernosus. Lokasi yang jarang lainnya adalah pada area sellar, sudut cerebellopontin, Merckel’s cave, sisterna suprasellar, region hypothalamus. Tuberkuloma yang berlokasi pada sisterna prepontin belum ada laporan berdasarkan literatur. Walaupun tuberculoma biasanya lebih banyak pada negara berkembang dapat juga meningkat pada negara maju dalam kaitan dengan efek infeksi HIV dari tampakan klinis TBC (Yanardag et al, 2005).
Tuberkuloma central nervous system (CNS) berhubungan dengan morbiditas dan mortlitas, meskipun terdapat metode dan deteksi serta pengobatan modern (Lee, 2002).
2.5 Patogenesis
Cara penularan TB yang paling banyak ialah melalui saluran napas, meskipun cara lain masih mungkin. Kuman TB yang masuk alveol akan ditangkap dan dicerna oleh makrofag. Bila kuman virulen, ia akan berbiak dalam makrofag dan merusak makrofag. Makrofag yang rusak mengeluarkan bahan kemotaksik yang menarik monosit (makrofag) dari peredaran darah dan membentuk tuberkel kecil. Aktivasi makrofag yang berasal dari darah dan membentuk tuberkel ini dirangsang oleh limfokin yang dihasilkan dari sel T limfosit.
 Kuman yang berada di alveol membentuk fokus Ghon, melalui saluran getah bening kuman akan mencapai kelenjar getah bening di hilus dan membentuk fokus lain (limfadenopati). Fokus Ghon bersama dengan limfadenopati hilus disebut primer kompleks dan Ranke. Selanjutnya kuman menyebar melalui saluran limfe dan pembuluh darah dan tersangkut di berbagai organ tubuh. Jadi TB primer merupakan suatu infeksi sistemik. Pada saat terjadinya bakteremia yang berasal dari focus infeksi, TB primer terbentuk beberapa tuberkel kecil pada meningen atau medula spinalis. Tuberkel dapat pecah dan memasuki cairan otak dalam ruang subarachnoid dan sistim ventrikel, menimbulkan meningitis dengan proses patologi berupa
1)     Keradangan cairan serebrospinal. meningen yang berlanjut menjadi araknoiditis, hidrosefalus dan gangguan saraf pusat
2)     Vaskulitis dengan berbagai kelainan serebral, antara lain infark dan edema vasogenik.
3)     Ensefalopati atau mielopati akibat proses alergi.
Gambaran klinis penderita dibagi menjadi 3 fase. Pada fase permulaan gejalanya tidak khas, berupa malaise, apati, anoreksia, demam, nyeri kepala. Setelah minggu kedua, fase meningitis dengan nyeri kepala, mual, muntah dan mengantuk (drowsiness). Kelumpuhan saraf knanial dan hidrosefalus terjadi karena eksudat yang mengalami organisasi, dan vaskulitis yang menyebabkan hemiparesis atau kejang kejang yang juga dapat disebabkan oleh proses tuberkuloma intrakranial. Pada fase ke tiga ditandai dengan mengantuk yang progresif sampai koma dan kerusakan fokal yang makin berat (Mulyono & santoso, 1997).
Tuberkulosis adalah penyakit airbone disebabkan oleh bakteri “Mycobacterium tuberculosis” dua proses patogenik TB pada CNS adalah meningoencephalitis dan formasi granuloma (tuberkel). Proses patologi dimulai dengan formasi pada basil, berisi tuberkel kaseosa (focus kaya) dalam parenkim otak (Lee, 2002).
Tuberkel bisa tumbuh, mendesak atau menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan gejala yang tergantung pada lokasi, kecepatan tumbuh serta reaksi radang di sekitarnya, Lesi ini bila bersifat lokal, tuberkel dapat membesar sampai ke bentuk ukuran tuberkuloma, khususnya jika tersebut kaya focus didalamnya dan kekuatan regangnya lebih baik daripada jaringan sekitarnya. Tuberkel juga dapat tersebar, infiltrasi sebagai granulomata. Sebagai alternative fokus kaya tersebut dapat rupture dan menyebabkan perkembangan meningioencephalitis (Mulyono & santoso, 1997, Lee, 200).
2.6 Gejala Klinis
Keluhan yang dirasakan pasien tuberculosis cerebral dapat bermacam-macam atau malah ditemukan tanpa keluhan yang berarti. Biasnya terdapat gangguan neurologis sesusi dengan tingkat keparahan penyakit dan lokasi infeksi sedang berlangsung. Gejala yang seing didapatkan adalah deficit neurologic fokal (73%), sakit kepala (47%), demam (46%), kejang (35%), dan gangguan / perubahan kesadaran (24%).
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda – tanda deficit neurolofik fokal seperti gangguan bicara, gangguan motorik. Medan penglihatan menurun, hemiparesis, dan hiperreflek.
Gambaran klinis tuberkulosa cerebral tanpa ada kelainan di paru sebagai fokal infeksi memberikan gambaran menyerupai tumor intracranial, abses cerebral, neurosarcoidosis. Pada suatu case report, pasien dengan tuberculosis cerebral datang dengan keluhan yang tidak khas seperti nyeri kepala dan leher, mual, muntah, strabismus, diplopia, gangguan gaya berjalan, penglihatan teganggu, dan mempunyai riwayat kejang. Gejala ini dapat membingungkan jika pada pasien tidak ditemukan tanda–tanda infeksi sepeti demam dan tidak adanya riwayat tuberculosis sebelumnya, sehingga dapat mengaburkan dalam membuat diagnosis.
Gejala klinisnya serupa dengan tumor intrakranial, dengan adanya peningkatan tekanan intracranial, tanda neurologic fokal, dan kejang epileptic, symptom sistemik dari tuberculosis seperti demam, lesu dan keringat berlebihan, terjadi kurang dari 50% dari kasus (Shams, 2011).
Pada tuberkuloma intrakranial, selain terdapat gejala kenaikan tekanan intrakranial akibat proses desak ruang juga menimbulkan gejala meningitis, sering disertai TB pada organ lain. Manifestasi klinis dari tuberkuloma intrakranial adalah proses desak ruang (20% dari proses desak ruang disebabkan oleh tuberkuloma intrakranial). Gejala yang terjadi akibat dan edema otak, dan ini merupakan indikasi untuk pemberian kortikosteroid.
Kemoterapi anti tuberkulosis harus segera diberikan pada penderita yang diduga TB milier tanpa harus menunggu ditemukannya kuman (BTA). Penggunaan kortikosteroid pada TB miller dapat menyebabkan tuberkel menjadi kecil dan sangat efektif untuk mengurangi sesak napas yang kadang-kadang dijumpai pada TB milier, serta untuk mengontrol edema otak (Djoko Mulyono, Djoko Iman Santoso, 1997).
2.7 Diagnosis
Penemuan infeksi sistemik dan laboratorium umum yang berhubungan dengan infeksi dapat tidak ditemukan, karena basil tuberculosis tidak selalu jelas pada CSF dan bahkan pada massa yang diambil, maka dari itu hasil yang negative dari pemeriksaan bakteri tidak menyingkirkan kemungkinan infeksi tuberculosis.
Neuroradiological imaging dengan CT and MRI mempunyai sensitifitas yang tinggi untuk tuberkuloma, tetapi spesifitas untuk diagnose defenifnya rendah (Yanardag et al, 2005).
Pada CT Scan sesudah pemberian kontras, tuberkuloma memberi gambaran sebagai:
1) Lesi berbentuk cincin dengan area hipodens/isodens di tengah dan dinding yang menyerap kontras.
2) Lesi berbentuk nodul/plaque yang menyerap kontras.
Tanpa kontras, lesi pada umumnya hipodens/isodens, pada beberapa kasus didapatkan kalsifikasi. Gambaran tuberkuloma pada CT Scan sukar dibedakan dengan tumor, abses atau granuloma kronik (Mulyono & Santoso, 1997).

Gambar 3. CT Scan Otak; Gambar A, tanpa kontras menunjukan pergeseran dari ventrikel, Gambar B, dengan kontras tampak sebagai lesi space-occupying lesions,dari cerebellum kiri

MRI mempunyai peranan penting dalam diagnose tuberkuloma intracranial Pada MRI, gambar T1-weighted MR dapat menunjukan area hypo- or isointensity dan T2-weighted images dapat menunjukan hypointense, isointense atau central hyperintense zone dikelilingi hypointense rim. Maka biasanya misdiagnosis dengan meningioma, neurinoma, bahkan dengan metastasis. Saat ini dilaporkan bahwa proton magnetic resonance spectroscopy membedakan tuberculomas dari kelainan intracranial lainnya (Yanardag et al, 2005).
  
Gambar 4. Magnetic resonance imaging pada otak; (a ,b) T2-weighted images;
and (c,d) post-gadolinium T1-weighted Gambar menunjukan 3 lapis dari
tuberkuloma otak.meliputi central, isodense, caseous, necrotic core

Meskipun demikian tumor metastase seperti malignant gliomas, meningiomas, dan neurocysticercosis dapat menunjukan gambaran yang mirip pada CT maupun MRI (Lee, 2002).
Beberapa penulis berpendapat bahwa tuberkuloma dapat dipastikan bila pada serial CT Scan atau serial Magnetic Resonance Imaging (MRI) lesi menghilang sesudah mendapat terapi obat antituberkulosis (OAT). (Mulyono & Santoso, 1997).
CNS tuberculosis umumnya adalah aktivasi inisial infeksi setelah beberapa tahun. Maka lesi yang terlihat pada radiografi dada ditujukan untuk gejala sisa tuberculosis dan hasil serologis diperlukan pada kecurigaan tuberkuloma dalam periode preoperative. Jika kecurigaan kuat diagnosanya adalah tuberkuloma pengobatan dengan agen tuberculosis dapat lebih dipakai untuk intervensi pembedahan dan regresi pada lesi diikuti secara teratur dapat mengkonfirmasi hasil diagnosis.
Tetapi dalam beberapa kasus khusus, biopsy dapat mencegah kesalahan diagnosis pada lesi (contoh: meningioma) dan mencegah pasien dari efek berbahaya yang tidak diperlukan dari pengobatan (misalnya radioterapi), sebagai akibat dari lokasi yang tidak biasa dari tuberkuloma dan kemampuan untuk meniru lesi yang sering pada CNS, menyebabkan kesalahan diagnosis preoperatif (Yanardag et al, 2005).
Diagnosis pasti tuberkuloma ditegakkan dengan operasi (Mulyono & Santoso, 1997). Pemeriksaan histologi akan mengungkapkan suatu tuberkuloma (Suslu, 2011).
Tuberculoma otak mungkin tunggal atau multiple. D. J. Reddy melaporkan hanya satu kasus lesi multiple diantara lima kasus. Asenjo1 et al dari Cili tahun 1951 melaporkan 33 kasus multiple tuberculomata dari 97 kasus. Tuberculomata multiple yang berhubungan dengan plaque like lesions meningen jarang ditemukan. Multiple tuberkuloma sagat erat hubungannya dengan infeksi HIV/AIDS.

Gambar 5. Gambaran MRI Multiple Tuberculoma PreTreatment

Gambar 6. Foto MRI Otak Post Treatment
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan dari pengobatan Tuberkulosis adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Pengobatan tuberkulosa cerebral ada 2 macam yaitu dengan pembedahan craniotomy dan medikamentosa. Untuk tuberkuloma sendiri pengobatannya menjadi lebih konservatif belakangan ini. Karena banyak penelitian yang menunjukkan bahwa dengan pengobatan konservatif menunjukkan hasil yang baik.
a.    Medikamentosa
Jenis dan Dosis OAT
o Isoniasid ( H )
Dikenal dengan INH, bersifat bacterisida, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu dengan dosis 10 mg/ kg BB (WHO, 1997).
o Rifampisin
Bersifat bakterisida, dapat membunuh kuman semi-dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu (WHO, 1997).
o Pirazinamid
Bersifat bakterisida, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB (WHO, 1997).
o Streptomisin
Bersifat bakterisida, dosis yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita yang berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan untuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/hari (WHO, 1997).
o Etambutol
Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg BB (WHO, 1997).
Prinsip pengobatan
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Sedangkan ditahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjut ini penting untuk membunuh kuman persistent sehingga mencegah terjadinya kekambuhan (WHO, 1997).
Panduan OAT di Indonesia
WHO merekomendasikan panduan OAT standart, yaitu :
Kategori 1 :
o 2HRZE/1H3R3
o 2HRZE/1HR
o 2HRZE/6HE
Kategori 2 :
o 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
o 2HRZES/HRZE/5HRE
Kategori 3 :
o 2HRZ/1H3R3
o 2HRZ/1HR
o 2HRZ/6HE



Kategori 1 diberikan pada :
o Penderita baru TB paru BTA positif
o Penderita TB paru BTA negative, Rontgen positif sakit berat
o Penderita TB ekstra paru berat
Kategori 2 diberikan pada :
o Penderita kambuhan
o Penderita gagal
o Penderita dengan pengobatan setelah lalai
Kategori 3 diberikan pada :
o     Penderita TB paru BTA negative, Rontgen positif sakit ringan
o     Penderita ekstra paru ringan, yaitu TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, TB kulit, TB tulang dan kelenjar adrenal
b.    Operatif
Tuberkuloma yang kecil (<2 10="10" 1997="1997" akibat="akibat" amp="amp" antoso="antoso" besar="besar" br="br" cm="cm" ct="ct" dalam="dalam" dan="dan" dapat="dapat" dengan="dengan" diterapi="diterapi" eksisi.="eksisi." kecil="kecil" lebih="lebih" lesi="lesi" medisinal="medisinal" memerlukan="memerlukan" mengurangi="mengurangi" minggu="minggu" mm="mm" morbiditas="morbiditas" mortalitas="mortalitas" mulyono="mulyono" operasi="operasi" scan="scan" sehingga="sehingga" sembuh="sembuh" terapi="terapi" terdeteksi="terdeteksi" yang="yang">Pengobatan optimal adalah eksisi tuberkuloma, jika tuberkuloma berada di daerah yang dapat dijangkau dengan operasi dan diikuti kemoterapi antituberkulosa (Shams, 2011)
Indikasi operasi pada tuberkuloma adalah adanya peningkatan Intrakranial atau akan dilakukan biopsi untuk memastikan diagnosa.






Gambar 7. Tuberculoma yang Telah Dieksisi dari Frontal Kiri Otak

2.9 Komplikasi
Komplikasi yang mugkin terjadi pada tuberkuloma intrakranial yaitu:
1.    Peningkatan TIK
2.    Destruksi Otak Ireversibel
3.    Gejala sisa yang menginkat pada keterlambatan inisiasi terapi
4.    Syringomyelia Akut atau Kronis
5.    Hilangnya penglihatan pada Optochiasmatic Tuberculoma

2.10 Prognosis
Demam, sakit kepala, tanda-tanda iritasi meningeal dan kelumpuhan saraf kranial adalah gejala umum yang sering terjadi. Pemulihan lengkap terlihat pada pasien 40%. Koma dan TB milier predisposisi prognosis buruk.


















BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan penyakit endemi di negara berkembang dan 30% dari space occupation lesi adalah tuberkuloma. Tuberculoma intrakranial berasal dari penyebaran secara hematogen dari lesi tuberkulosa pada bagian tubuh yang lain terutama dari paru.
Gejala klinisnya serupa dengan tumor intrakranial, dengan adanya peningkatan tekanan intracranial, tanda neurologic fokal, dan kejang epileptic, symptom sistemik dari tuberculosis seperti demam, lesuh dan keringat berlebihan, terjadi kurang dari 50% dari kasus
Diagnosis Tuberkoloma intra cranial meliputi penemuan infeksi sistemik dan laboratorium umum Neuroradiological imaging dengan CT and MRI (mempunyai sensitifitas yang tinggi untuk tuberkuloma, tetapi spesifitas untuk diagnose defenifnya rendah), radiografi dada, serologis, biopsy. Diagnosis pasti tuberkuloma ditegakkan dengan operasi dan pemeriksaan histologi akan mengungkapkan suatu tuberkuloma.
Pengobatan optimal adalah eksisi tuberkuloma, jika tuberkuloma berada di daerah yang dapat dijangkau dengan operasi dan diikuti kemoterapi antituberkulosa (Shams, 2011)
3.2 SARAN
Dengan pemeriksaan penunjang radiologik yang tepat dan sesuai dapat menegakkan diagnosa dan penatalaksanaan yang cepat dan tepat sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2011. Anatomi dan Fisiologi Otak. http://www.scribd.com/doc/28579070/Anatomi-Dan-Fisiologi-Otak, diakses 29 Juli 2012 jam 20.00

Lee WY, KY Pang, CK Wong, 2002. Case Report; Tuber Brain tuberculoma in HongKong
HKMJ 2002;8:52-6

Mulyono, Djoko, Djoko Iman Santoso, 1997. Tuberkulosis Milier dengan Tuberkuloma
Intrakranial Laporan Kasus. PPDS I Ilmu Penyakit Paru, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Umum Daerah Dr Sutomo, Surabaya.

Shams, Shahzad. 2011. Intracranial Tuberculoma. Omar Hospital, Jail Road, Lahore, Pakistan. www Brain Tuberculomas.htm, diakses 29 Juli 2012 jam 20.00

Suslu, Hikmet Turan , Mustafa Bozbuga, Cicek Bayindir, 2010. Cerebral Tuberculoma Mimicking High Grade Glial Tumor. JTN.: 21( 3): 427-429

Yanardag,H S Uygun, V Yumuk, M Caner, B Canbaz, 2005. Cerebral Tuberculosis Mimicking Intracranial Tumour. Singapore Med J 2005; 46(12) : 731

Wasay M, Moolani MK, Zaheer J, 2004.Prognostic indicators in patients with intracranial tuberculoma: a review of 102 cases. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15134209, diakses 29 Juli 2012, jam 20.00

Wai S. Poon, A. Ahujal and A.K.C. Li, 1993.Optochiasmatic tuberculoma causing progressive visual failure: when has medical treatment failed?. Postgrad Med J (1993) 69, 147- 149

Ceyalan E, Gencer M. .Milliary Tuberculosis Associated with Multiple Intracranial Tuberculomas. Tohoku J Exp Med, 2005, 20, 367-370

D. Bhaskara reddy, v. Kameswararao. TUBERCULOMA OF THE BRAIN.  The Indian Journal Of Tuberculosis